Sabtu, 15 Januari 2011

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PSERTA DIDIK MELALUI METODE DRIIL KLS VIII MATERI POKOK PASAR

BAB I
1.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penelitian khususnya dalam pendidikan selalu dilakukan untuk memahami masalah-masalah yang dihadapi dan mencari solusinya secara ilmiah, dan logis berdasarkan pada fakta empiris yang diperoleh dengan penyelidikan secara hati-hati dan sifatnya objektif. Penelitian kependidikan menfokuskan pada masalah-masalah yang muncul dalam kegiatan pendidikan dengan komponen-komponen sistem pendidikan formal yaitu pendidikan yang dilakukan di dalam sekolah, pendidikan non formal yaitu pendidikan yang dilakukan di luar sekolah dan pendidikan informal yaitu pendidikan yang dilakukan dalam keluarga atau masyarakat dengan tidak melembaga.
Di dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan ditentukan bahwa di dalam proses pembelajaran, peserta didik dituntut lebih aktif dalam rangka membangun sendiri pemahamannya dan mengembangkannya sehingga mereka mampu ber intraksi dengan lingkungan eksternal dan sementara guru sebagai pengarah dan pembimbing. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dari peserta didik memerlukan proses belajar yang berbentuk team dan menuntut kerjasama yang kompak antara anggota team sedangkan guru memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik. (SISDIKNAS, 2003:33).
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan tindak lanjut dari pembaharuan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan serta merupakan acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan berbagai ranah pendidikan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) dalam satuan pendidikan dasar dan menengah. Perbedaan yang paling mendasar antara kurikulum berbasis kompetensi dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kemandirian guru dan peserta didik dalam mengembangkan proses pembelajaran (SISDIKNAS, 2003:30).
Pembelajaran merupakan suatu proses transformasi ilmu pengetahuan dari pendidik kepada peserta didik yang dilakukan secara sadar, yang bertujuan adanya perubahan pada peserta didik ke arah yang diinginkan. Untuk merealisasikan tujuan tersebut, diperlukan perhatian yang cukup serius dari pendidik dan terampil dalam merencanakan, memilih, ataupun menerapkan metode yang relevan dengan tujuan, keadaan peserta didik ataupun materi yang diajarkanya sampai kepada tujuan dari metode-metode tersebut diterapkan.
Oleh karena itu, peranan metode mengajar adalah sebagai alat untuk menciptakan proses pembelajaran yang baik. Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara mengajar yang dipergunakan oleh guru atau tehnik penyajian bahan pelajaran yang dikuasai guru untuk diajarkan kepada peserta didik baik secara individu maupun secara kelompok agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh peserta didik dengan sebaik-baiknya. Pada kenyataanya, metode yang digunakan dalam pembelajaran di kelas masih memiliki kekurangan sehingga kurang dari apa yang menjadi harapan sebenarnya. Suasana atau iklim belajar memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap pencapaian sistem belajar yang optimal. Pengelolaan kelas atau pengelolaan sistem pembelajaran sangat menekankan pentingnya penciptaan suasana belajar yang kondusif bagi pencapaian belajar yang lebih maju.
Guru diharapkan dapat menciptakan suasana belajar di dalam kelas. Penciptaan suasana belajar berarti pula penciptaan norma yang membuat semua anak memberikan sumbangan bagi kemajuan kelompoknya. Norma semacam itu memandang anak yang mendominasi anak lain atau menggantungkan diri pada anak lain tidak ada lagi. Ini berarti anak yang pandai harus membantu anak yang kurang pandai, anak yang kuat harus membantu yang lemah, dan tiap anak harus saling mendorong untuk menumbuhkan motivasi belajar yang kuat (Yusuf dkk, 2003 : 35).
Dalam pembelajaran, guru menciptakan suasana yang mendorong anak-anak merasa saling membutuhkan satu sama lain. Interaksi antar anak dalam belajar membuat mereka saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog tidak hanya dengan guru tetapi juga dengan sesama mereka. Dalam pembelajaran, penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok agar tiap anggota mengetahui siapa anggota yang perlu mendapat bantuan dan yang memberi bantuan (Yusuf dkk, 2003 : 37).
Prestasi belajar peserta didik sangat memungkinkan dapat meningkat dengan penerapan pembelajaran. Dengan adanya penerapan metode pembelajaran yang tepat dan efektif peserta didik akan lebih termotivasi untuk lebih giat lagi dalam meningkatkan belajarnya, sehingga ketuntasan materi dan hasil belajar atau prestasi yang dicapai diharapkan lebih meningkat seperti teman-temannya yang lain dalam kelompok belajarnya.
Metode latihan yang juga disebut metode drill atau metode training merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu metode ini dapat juga digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan dan keterampilan.
Bagi sebagian peserta didik, masalah materi pokok pasar merupakan materi yang sulit mereka pelajari karena pembahasan yang rumit dan adanya perubahan-perubahan ketentuan sesuai dengan kebijakan yang berlaku pada masa pemerintahan tertentu. Oleh karena itu, ketuntasan belajar pada materi ini sangat ditentukan oleh metode pembelajaran yang digunakan.
Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk mencari jalan keluar yang tepat untuk mengatasi masalah rendahnya prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan materi pokok pasar. Salah satu jalan keluar yang praktis adalah dengan melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) melalui penerapan metode Drill untuk meningkatkan prestasi belajar.
Berdasarkan pokok fikiran tersebut maka dirumuskan sebuah tema penelitian yang berjudul " PENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK MELALUI METODE DRILL KELAS VIII MATERI POKOK PASAR PEMBELAJARAN IPS DI MTs NW LENEK 2 TAHUN PEMBELAJARAN 2010/2011".
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
Bagaimanakah peningkatkan prestasi belajar peserta didik melalui metode drill kelas VIII materi pokok pasar pembelajaran IPS di MTs NW Lenek 2 Tahun Pembelajaran 2010/2011 ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan : Untuk mengetahui peningkatan Prestasi Belajar Peserta Didik Melalui Metode Drill Kelas VIII materi pokok pasar pembelajaran IPS di MTs NW Lenek 2 Tahun Pembelajaran 2010/2011
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini dibedakan menjadi tiga macam yaitu:
1. Manfaat bagi guru
a. Mengetahui strategi pembelajaran dengan menggunakan metode drill
b. Memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran di kelas sehingga permasalahan-permasalahan di dalam kelas dalam proses belajar mengajar khususnya ekonomi dapat diatasi.
2. Manfaat bagi peserta didik
Peserta didik dapat meningkatkan kegiatan proses pembelajaran sehingga peserta didik dapat memperoleh prestasi yang lebih baik.
3. Manfaat bagi sekolah
Dapat memberikan informasi dann meningkatkan mutu bagi sekolah pada khususnya dan dapat meningkatkan prestasi pembelajaran pada peserta didik pada umumnya.

BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Penegasan Pengertian Istilah
2.1.1 Prestasi Belajar
Menurut Wijaya dan Rusyan dalam Nurhayati (2002 : 11) prestasi belajar siswa ditandai dengan perubahan tingkah laku pada siswa setelah mengikuti kegiatan proses belajar-mengajar berlansung yang berupa nilai atau angka.
2.1.2 Metode Drill
Metode latihan yang juga disebut metode drill atau metode training merupakan suatu cara pembelajaran yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu metode ini dapat juga digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan dan keterampilan. (Masyur, 1995:120).
2.1.3 Pasar
Pasar yang ada dalam masyarakat dapat dibedakan menurut wujudnya, banyaknya penjual dan pembeli, luasnya kegiatan, waktunya, dan jenis barang yang diperjualbelikan.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pengertian Prestasi Belajar
Menurut Wijaya dan Rusyan dalam Nurhayati (2002 : 11) prestasi belajar siswa ditandai dengan perubahan tingkah laku pada siswa setelah mengikuti kegiatan proses belajar-mengajar berlansung yang berupa nilai atau angka. Hal ini sejalan dengan yang tertulis dalam kamus besar bahasa Indonesia, bahwa prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari setiap mata pelajaran yang ditunjukkan dalam bentuk nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru.
Sedangkan menurut Sudiyatno dalam Hanafi (2005 : 27) bahwa prestasi belajar merupakan tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti proses belajar-mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang diterapkan dan meliputi ranah kognitif, afektif dan kemampuan/ kecakapan belajar.
Selanjutnya Dirawat (2003 : 47) menjelaskan sebagai berikut: bahwa prestasi belajar ditentukan pada apa yang telah dicapai siswa setelah berakhirnya suatu tahap belajar-mengajar dalam jangka waktu tertentu, misalnya setelah berakhirnya kajian suatu pokok bahasan atau sejumlah pokok bahasan dalam pertengahan atau catur wulan, akhir tahun ajaran maupun akhir dari suatu program pendidikan.
Lebih lanjut Sutartinah dalam Hanafi (1995 : 29) menyatakan, bahwa dengan memperhatikan prestasi belajar kita dapat mengetahui kedudukan siswa dalam kelas, apakah pandai, sedang atau kurang.
Dari berapa ahli di atas tentang prestasi belajar maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses belajar-mengajar dalam suatu jangka waktu tertentu yang dinyatakan dalam bentuk angka atau huruf dan dengan mengetahui prestasi pembelajaran ini guru dapat menentukan kedudukan peserta didik dalam kelas, apakah pandai, sedang atau kurang.
Sedangkan belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari (Djamarah, 1994 : 21). Belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus, Chaplin dalam Syah (2001 : 61). Senada dengan definisi terebut, Djumhur dalam Hamdi (2007 : 23) menyatakan “belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku untuk mendapatkan pola-pola respon yang baru diperlukan dalam intraksi dalam lingkungan secara efisien, Mouly dalam Lambas dkk (2004 : 6) menyatakan “Belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
Dari beberapa pendapat ahli tentang belajar di atas, maka jelaslah bahwa di dalam belajar terdapat suatu peoses untuk mentransfer nilai-nilai positif. Proses tersebut berjalan sesuai dengan usaha di dalam memunculkan nilai-nilai yang dimaksud melalui penguasaan, pemahaman, dan berakhir pada perubahan tingkah laku setiap individu, baik secara kognitif, afektif ataupun psikomotorik.
Peserta didik dalam proses pembelajaran merupakan nafas dari kehidupan sekolah. Kelemahan dalam segi ini merupakan kegagalan dari fungsi sekolah yang bersangkutan, dengan demikian keberhasilan suatu sekolah salah satu indikasinya adalah kemampuan dari para pengelola sekolah untuk menciptakan situasi dan kondisi yang dapat memotivasi peserta didik untuk meraih prestasi yang maksimal. Siswa yang mengalami proses belajar, supaya berhasil dengan tujuan yang harus dicapai perlu memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajarnya. Adapun faktor-faktor menurut (Lambas dkk, 2004 : 6) dapat digolongkan ke dalam dua faktor yaitu, faktor intern dan faktor ekstern.
Kedua faktor tersebut dapat secara bersamaan atau sendiri-sendiri mempengaruhi keberhasilan anak dalam belajar.
a. Faktor Intern yaitu : faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar.
Faktor intern ini masih dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu: 1). Faktor Jasmaniyah, yaitu faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani. Misalnya: kesehatan dan cacat tubuh 2). Faktor psikologis, yang termasuk faktor psikologis adalah : intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kelelahan 3). Faktor Kelelahan, kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis).
b. Faktor Ekstern yaitu: faktor yang ada diluar individu.
Disamping faktor-faktor yang datang dari dalam diri anak itu sendiri yang mempengaruhi dalam prestasi belajar anak, juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang datang dari luar yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dapat dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu:
1) Faktor Keluarga, peserta didik yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, pengertian orang tua, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.
2) Faktor Sekolah, faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan peserta didik, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
3) Faktor Masyarakat, masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh ini terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Adapun yang mencakup faktor masyarakat yang mempengaruhi belajar peserta didik yaitu: kegiatan peserta didik dalam masyarakat, masa media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.
2.2.2 Pengertian Pasar
Dalam bahasa sehari-hari, pasar diartikan sebagai suatu tempat di mana para penjual dan pembeli dapat bertemu untuk menjual beli barang. Dalam ilmu ekonomi, pertemuan penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli dapat dilakukan melalui sarana elektronik seperti telepon, faksimili, atau televise. Oleh karena itu penjual dan pembeli tidak bertatap muka sebab berjauhan. Pasar semacam ini disebut pasar abstrak. Menurut konsep ini, pasar dapat terbentuk di mana saja dan kapan saja. (Sutarto, dkk, 2008:199).
Berdasarkan uraian tersebut, suatu kejadian disebut sebagai suatu pasar apabila memenuhi beberapa syarat, yaitu:
a. Ada calon penjual dan pembeli
b. Ada barang dan jasa yang akan diperjualbelikan
c. Terjadi hubungan antara penjual dan pembeli secara langsung ataupun tidak langsung.
Pasar mempunyai peranan penting dalam mendorong kegiatan perekonomian, baik bagi konsumen, produsen, maupun pemerintah. Bagi konsumen,, pasar memberikan kemudahan untuk memperoleh barang dan jasa. Bagi produsen, pasar berperan sebagai tempat untuk memperoleh barang-barang yang akan digunakan dalam suatu proses produksi. Selain itu, pasar juga berperan sebagai tempat untuk memasarkan dan mempromosikan hasil produk. Bagi pemerintah, melalui pasar pemerintah dapat memperoleh pendapatan dari pajak dan retribusi.
Pasar sebagai tempat untuk melakukan jual eli barang dan jasa mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Fungsi Pembentuk harga
Di pasar terjadi proses tawar-menawar antara penjual dan pembeli. Semula penjual menawarkan barang dengan harga tinggi dan pembeli menawar dengan harga rendah. Jika terjadi kesepakatan, terbentuklah harga pasar atau harga keseimbangan.
b. Fungsi distribusi
Pasar memperlancar pendistribusian barang dari produsen kepada konsumen. Produsen dapat berhubungan dengan konsumen dalam menyalurkan barang-barangnya, baik langsung maupun tidak langsung melalui pasar.
c. Fungsi promosi
Produsen ingin barang/jasa hasil produksinya dikenal oleh konsumen. Kegiatan memperkenalkan hasil produksi kepada konsumen disebut promosi. Pasar dapat digunakan dleh produsen untuk berpromosi.
d. Fungsi penyerap tenaga kerja
Pedagang yang ada di pasar memperkerjakan orang-orang sebagai kuli angkut, pelayan took, tenaga kasir, dan sebagainya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pasar berfungsi sebagai tempat penyerapan tenaga kerja. (Sutarto, dkk, 2008:200).
2.2.3 Materi Pokok Pasar Pembelajaran
Pasar yang ada dalam masyarakat dapat dibedakan menurut wujudnya, banyaknya penjual dan pembeli, luasnya kegiatan, waktunya, dan jenis barang yang diperjualbelikan.
1. Pasar berdasarkan wujudnya (segi fisik)
Berdasarkan wujudnya, pasar dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Pasar konkret (pasar nyata)
Pasar konkret/nyata yaitu tempat untuk memperjualbelikan barang dan jasa, dan barang-barang yang diperjualbelikan berada di pasar tersebut.
b. Pasar abstrak (pasar tidak nyata)
Selain pasar konkret, ada jenis pasar lain yaitu pasar abstrak. Pasar abstrak yaitu pasar di mana penjual menawarkan barang hanya memperlihatkan contoh (master) atau pembeli dan penjual tidak langsung datang ke pasar. Jual beli dapat dilakukan melalui telepon, fraksimili, internet, atau surat pesanan. Contohnya pasar abstrak, yaitu pasar tenaga kerja, Bursa Effek Indonesia (BEI)
2. Pasar berdasarkan Luas kegiatannya
Berdasarkan luas kegiatannya pasar dapat dikelompokkan sebagai berikut.
a. Pasar lokal (Pasar setempat)
Mungkin di dekat rumah kalian terdapat pasar. Pasar tersebut adalah pasar lokal yaitu tempat yang mempertemukan penjual dan pembeli dari satu daerah setempat saja. Misalnya, pasar desa.
b. Pasar Daerah (Pasar wilayah)
Selain pasar lokal terdapat juga pasar daerah, yaitu tempat yang mempertemukan penjual dan pembeli dari satu daerah tertentu. Letaknya biasanya di ibu kota kabupaten, pusat kota, atau ibu kota propinsi. Contoh: Pasar Beringharjo di Yogyakarta, dan Pasar Kelewer di Solo.
c. Pasar Nasional
Pasar nasional adalah pasar yang mempertemukan penjual dan pembeli dari berbagai wilayah dalam suatu negara (tingkat nasional). Contohnya: Bursa Efek Indonesia(BEI).
e. Pasar Internasional
Selain ketiga pasar tersebut terdapat juga pasar internasional, yaitu pasar yang mempertemukan penjual dan pembeli dari berbagai negara. Contoh : Pasar Kopi di Berisilia, Pasar Tembakau di Bremen, dan pasar karet di New York, Amerika Serikat
3. Pasar berdasarkan waktunya
Berdasarkan waktunya pasar dapat di kelompokkan sebagai berikut:
a. Pasar harian
Pasar harian adalah pasar yang terjadi hampir setiap hari dan menyediakan barang-barang kebutuhan sehari-hari. Contoh: pasar tradisional, toserba, dan swalayan
b. Pasar mingguan
Pasar mingguan adalah pasar yang terjadi seminggu sekali. Contohnya: Pasar mobil di halaman kantor TVRI, setasiun Yogyakarta yang diselenggarakan setiap hari minggu.
c. Pasar bulanan
Jika kamu amati ada juga pasar yang beraktifitas sebulan sekali. Pasar ini disebut pasar bulanan, yaitu pasar yang terjadi setiap bulan sekali. Contohnya : pasar di daerah perkebunan kelapa sawit di sumatra utara yang dikenal dengan nama Pajak terjadi setiap bulan sekali.
d. Pasar tahunan
Pasar tahunan adalah pasar yang terjadi setahun sekali. Pasar ini biasanya diadakan karena ada pristiwa-pristiwa tertentu yang diperingati setiap tahun. Contoh: sekaten di Yogyakarta dan Surakarta. Pekan raya Jakarta, Pekan raya Semarang, dan Vancauver fair di Kanada.
e. Pasar temporer
Pasar temporer adalah pasar yang terjadi sewaktu-waktu dalam waktu yang tidak tertentu. Contoh : Pasar Tiban, Pasar Murah dan Bazar.
4. Pasar berdasarkan jenis barang yang diperjualbelikan
Berdasarkan jenis barang yang diperjualbelikan, pasar dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Pasar barang konsumsi (Pasar Output)
Pasar barang konsumsi adalah pasar yang digunakan untuk memperjual belikan barang konsumsi. Contoh: pasar sehari-hari, pasar buah, pasar sayur-sayuran, pasar ikan, dan sebagainya.
b. Pasar faktor produksi (Pasar input)
Pasar faktor produksi yaitu pasar yang digunakan untuk memperjualbelikan faktor-faktor produksi, seperti bahan baku, tenaga kerja, dan mesin yang dapat digunakan untuk memproduksi barang lain.
3.5. Pasar berdasarkan bentuk/struktur
Berdasarkan strukturnya pasar dapat dikelompokkan sebagai berikut : Pasar persaingan sempurna, Pasar oligopoli, Pasar duopoli, Pasar monopoli, Pasar monopsoni, Pasar oligopsoni dan Pasar persaingan monopolistik.
2.2.4 Pengertian Metode Drill
Metode drill merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu metode ini dapat juga digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan dan keterampilan. (Masyur, 1995:120).
Sedangkan menurut pendapat Muhaimin, dkk, (1996:88), mengatakan metode adalah memberikan latihan kepada muruid dalam berfikir. Metode ini dapat menghindarkan untuk membuat kesimpulan tergesa-gesa, menimbang-nimbang berbagai kemungkinan pemecahan, dan menagguhkan pengambilan keputusan sampai terdapat bukti-bukti yang cukup.
Metode pemecahan masalah dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut : Pengenalan kesulitan (masalah), Pendefinisian masalah, saran-saran mengenai berbagai kemungkinan pemecahan, pengujian hipotesis dan memverifikasi kesimpulan.
Metode latihan mempunyai kebaikan-kebaikan, antara lain, ialah :
a.Pembentukan kebiasaan yang dilakukan dengan mempergunakan metode ini akan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan
b.Pemanfaatan kebiasaan-kebiasaan tidak memerlukan banyak konsentrasi dalam pelaksanaannya
c.Pembentukan kebiasaan membuat gerakan-gerakan yang kompleks, rumit menjadi lebih otomatis.
Penggunaan metode drill ini biasanya dipergunakan pada bidang studi-bidang studi yang membutuhkan praktik secara langsung guna memperdalam pemahan siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan. Metode drill sering dipergunakan pada bidang studi oleh raga kesehatan dan matematika, dimana materi pelajaran yang telah diberikan dalam teoritik langsung diperaktikkan seperti, sub pokok bahasan sepak bola atau bola volley. Begitu pula halnya dengan mata pelajaran matematika, dimana setelah guru mengajarkan satu rumus tertentu maka guru membuat beberapa soal yang harus dikerjakan siswa dalam rentang waktu tertentu.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Deskripsi Sasaran
3.1.1 Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik a kelas VIII MTs NW Lenek 2 Kecamatan Aikmel dengan jumlah peserta didik 41 orang.
3.1.2 Objek Penelitian
MTs NW Lenek 2 Kecamatan Aikmel merupakan salah satu madrasah yang berlokasi di desa Lenek Lauk Kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok Timur yang di dirikan pada tahun 1983, dengan objek permasalahan metode pembelajaran yang digunakan masih monoton yaitu penerapan metode drill
3.1.3 Setting Penelitian
Status MTs NW Lenek 2 Kecamatan Aikmel ini Terakreditasi dengan Nomor Piagam : 61/Akr.MTs/B/II/2007, yang berorganisasi induk pada Nahdlatul Wathan. MTs NW Lenek 2 Kecamatan Aikmel berdiri pada sebidang tanah yang luasnnya 300 M2, luas bangunan 204 M3, serta keadaan gedung yang permanen dan memiliki lokal 10 ruang. Sedangkan guru yang ada di MTs NW Lenek 2 Kecamatan Aikmel sejumlah 19 orang.
3.2 Jenis Penelitian
Berdasarkan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Dalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (Celass Room-Baset Action Research) dengan peningkatan pada unsur desain untuk memungkinkan diperolehnya gambaran ke-efektipan dann ketepatan tindakan yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah dalam pembelajaran.
3.3 Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas (PTK) ini mencakup 4 tahap yang terdiri dari berikut ini
1. Perencanaan :
Melakukan persiapan dengan
a. Menyusun RPP dengan soal-soal tes dan pengolahan hasil tes
b. Menyusun dan mempersiapkan pedoman lembar observasi untuk kinerja guru dan kinerja siswa
2. Pelaksanaan :
Merencanakan pelaksanaan dengan
a. Melakukan tes awal dengan soal dalam RPP sebelum pembelajaram
b. Melaksanakan proses pembelajaran
c. Melaksanakan tes akhir dengan tes yang sama dengan tes awal yang termuat dalam RPP
3. Observasi :
Observasi dilaksanakan dengan observer sebagai teman kaloborasi peneliti. Observer merupakan rekan sesame peneliti untuk menyusun skripsi tetapi observer juga sebagai seorang guru. Observasi dilakukan sejak guru tampil dalam kelas sampai evaluasi untuk tindak selanjutnya.
4. Refleksi :
Pada tahap ini pengamat (observer) dan guru (peneliti) melakukan diskusi terhadap hasil observasi agar guru memahami keunggulan, ketepatan, dan melaksanakan proses belajar mengajar. Keunggulan dan ketepatan dilanjutkan kesiklus II sedangkan setiap kelemahan untuk diperbaiki

3.4 Metode Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dari tiga hasil data yaitu :
1. Tes Awal
Tes awal dilaksanakan sebelum pembelajaran dengan menggunakan soal yang tercantum dalam RPP dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Tes hasil belajar untuk meningkatkan prestasi belajar siswa terhadap materi pelajaran dengan menggunakan metode latihan/drill
2. Penyusunan tes dibuat oleh peneliti
3. Tes yang digunakan adalah tes multiple choice (pilihann ganda) yang berjumlah 10 soal
5. Setiap siswa menjawab satu lembar soal tes
2. Tes Akhir
Tes akhir diberikan setelah proses belajar mengajar selesai dengan materi terkait dengan item soal. Jenis dan jumlah soal maupun item soal sama dengan soal yang ada pada tes awal
3. Observasi
Observasi dilakukan dengan mengamati kinerja guru dann siswa dan berpedoman pada lembar observasi yang dibuat oleh peneliti. Yang akan dianalisis setelah proses pembelajaran selesai. Observasi bertujuan untuk :
1. Memperoleh gambaran langsung tentang proses belajar
2. Akan diketahui peningkatan pembelajaran melalui metode latihan/drill
3. Hasil observasi untuk merepisi desain pembelajaran yang dikembangkan
3.5 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumenn pengumpulan data dalam penelitian ini ada dua yaitu :
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Cara penyusunan RPP sebagai pedoman disesuaikan dengan kurikulum, jadwal dan metode yang akan dipakai dalam proses belajar mengajar yang berisi dua siklus. Di akhir setiap siklus diadakan evaluasi yang tesnya disusunn secara lengkap dengan RPP dapat dilihat dibawah ini:

RENCANA PELAKSAANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah : MTs NW Lenek 2
Mata Pelajaran : IPS
Kelas /Semester : VIII /II
Alokasi Waktu : 6X40 menit (3 x Pertemuan)
A. Standar Kompetensi : Mengidentifikasi bentuk pasar dalam kegiatan ekonomi masyarakat
B. Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan pengertian pasar
C. Indikator:
1. Mendiskripsikan pengertian, fungsi dan peranan pasar bagi masyarakat
2. Mengidentifikasi syrat-syarat terjadinya pasar
3. Mengkasifikasi macam-macam pasar beserta contohnya. Masing-masing
4. Mengidentifikasi ciri-ciri pasar konkrit dan pasar abstrak serta menyebutkan contoh-contohnya.
D. Tujuan Pembelajaran:
Setelah proses pembelajaran mengajar siswa dapat :
1. Mendiskripsikan pengertian, fungsi dan peranan pasar bagi masyarakat
2. Mengidentifikasi syrat-syarat terjadinya pasar
3. Mengkasifikasi macam-macam pasar beserta contohnya. Masing-masing
4. Mengidentifikasi ciri-ciri pasar konkrit dan pasar abstrak serta menyebutkan
E. Materi Pokok:
1. Pengertian, fungsi dan peranan pasar bagi masyarakat
2. Syarat-syarat terjadi pasar
3. Macam-macam pasar dann contohnya
4. Perbedaan pasar konkrit dan pasar abstrak
F. Metode Pembelajaran :
1. Pendekatan
2. Metode : Ceramah, Tanya jawab dan Latihan/Drill
G. Langkah-langkah pembelajaran.
PERTEMUAN I
a. Kegiatan awal ( 10 menit )
1. Mengabsen
2. Apersepsi dan Motivasi
b. Kegiatan inti (60 menit)
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen
2. Menyampaikan materi pelajaran
3. Memberikan tugas kepada kelompok untuk di kerjakan
4. Diskusi Kelompok
5. Persentase Kerja Kelompok
6. Kesimpulan
7. Pos test
c. Kegiatan akhir ( 10 menit )
1. Refleksi
2. Memberikan informasi tentang kegiatan belajar mengajar
3. Salam/Penutup
PERTEMUAN II
a. Kegiatan awal ( 10 menit )
1. Mengabsen
2. Apersepsi dan Motivasi
b. Kegiatan inti ( 60 menit )
1. Menyampaiakan pelajaran
2. Melakukan Tanya jawab
3. Memberikan latihan
c. Kegiatan akhir ( 10 menit )
1. Kesimpulan
2. Memberikan informasi
3. Salam/Penutup
H. Sumber/bahan pelajaran:
1. Buku IPS Terpadu untuk SMP kelas VIII
2. Buku yang relevan dengan materi pelajaran
I. Penilaian :
a. Teknis penulaian : tes tulis
b. Bentuk Instrument : tes pilihan
c. Instrumen penilaian :
SOAL-SOAL
1. Pasar adalah…
a. Tempat pedagang menjual barang dagangannya
b. Tempat pembeli membeli barang kebutuhannya
c. Tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi
d. Tempat penjualan barang
2. Suatu pasar yang terdapat satu penjual dan banyak pembeli disebut…
a. Oligopoli
b. Persaingan sempurna
c. Oligopsoni
d. Monopoli
3. Berikut ini merupakan tempat pertemuan antara penjual-pembeli, kecuali…..
a. Pasar tradisional
b. Toko swalayan
c. Pasar raya
d. Pasar abstrak
4. Usah memperlancar penyaluran barang dari produsen kepada konsumen merupakan pengertian pasar dalam fungsi.......
a. Produksi
b. Promosi
c. Distribusi
d. Pembentuk harga
5. Pasar merupakan tempat jual beli barang dan jasa. Dari proses tawar menawar sampai terjadi harga keseimbangan menunjukkan pasar punya fungsi....
a. Promosi barang
b. Distribusi barang
c. Pembentuk harga
d. Media eksposisi
6. Pasar dengan ciri-ciri terdapat banyak pembeli dan penjual merupakan bentuk pasar......
a. Oligopoli
b. Monopoli
c. Duopsoni
d. Persaingan sempurna
7. Perusahaan listerik negara (PLN) termasuk kategori bentuk pasar.....
a. Persainagn monopolistik
b. Monopoli
c. Oligopoli
d. Monopsoni
8. Pasar mobil termasuk pasar .........
a. Persaingan sempurna
b. Oligopoli
c. Persaingan Monopolistik
d. Monopoli
9. Pasar abstrak adalah suatu pasar apabila barang yang diperdagangkan berupa barang ...........
a. Contoh
b. Konsumsi
c. Primer
d. Produksi
10. Berikut ini merupakan contoh pasar konkret kecuali ....
a. Pasar Ikan
b. Pasar sepatu
c. Pasar pakaian
d. Pasar Kopi
J. Rubrik Penilaian :
1. Setiap nomor jawaban hasil tes dinilai menurut skor yang telah ditentukan yaitu untuk jawabann benar memperoleh skor 1 (satu) untuk jawaban salah skornya 0 (Nol)
2. Jumlah keseluruhan skor dicari rata-ratanya dengan jumlah nilai seluruh siswa dibagi jumlah seluruh siswa
3. Dari hasil tara-rata tersebut dapat dilihat perbedaan ntara hasil tes awal dan hasil tes akhir.
2. Pedoman Observasi
Pedoman observasi merupakan lembar observasi yang dibuat oleh peneliti meliputi beberapa aspek yang dinilai dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan metode mengajar yang diterapkan untuk menilai kinerja guru dan kinerja siswa
a. Pedoman Observasi Kinerja Guru
NO KEGIATAN NILAI
SIKLUS I SIKLUS II
1 2 3 1 2 3
3. Keterampilan membuka pelajaran
1.1 Menarik perhatian siswa
1.2 Menimbulkan motivasi siswa
1.3 Mengaitkan materi dengan masalah-masalah yang terjadi di masyarakat
Keterampilan melaksanakan pelajaran
2.1 Mengordinasikan siswa dalam kelas
2.2 Membimbing siswa memahami masalah dalam kelompoknya
2.3 Penilaian kata-kata penekanan yang tepat
2.4 Mengaktifkan siswa dalam keterlibatannya pada tugas kelompoknya.
2.5 Membuat kesimpulan penyelesaian masalah
2.6 Melakukan refleksi pada materi
Keterampilan menutup pelajaran
3.1 Mengevaluasi hasil belajar
3. Kegiatan Awal
1.1 Kesiapann belajar
1.2 Pembagian kelompok
1.3 Kedisiplinan pada kelompok
Kegiatan inti
2.1 Pembagian Tugas anggota kelompok
2.2 Kerjasama anggota kelompok
2.3 Keaktivan mencari data sesuai dengan tugas masing-masing anggota kelompok
2.4 Keaktivan memberikan pendapat pada diskusi kelompok
2.5 Kemampuan kelompok membuat hasil jawaban tepat waktu
Kegiatan akhir
3.1 Kemampuan mempersenta hasil jawaban
3.2 Keaktivan mendiskusikan kembali kesimpulan yang telah dipersentasikan secara klasikal
Lembar Hasil Tes Prestasi Belajar Peserta Didik
No Nama Nilai
Awal Siklus I Siklus II
1 Abdul Hamid
2 Abdussalam
3 Agus Sofyan Anwar
4 Alpandi
5 Asmu’i
6 Baroah
7 Elni Indalika
8 Halimatussa’diyah
9 Hamiduddin
10 Hip Ziah
11 Humaedi
12 Huznul Hasmi
13 Hazaefah
14 Inderayatul Aini
15 Jam’uddin
16 Jannatul Hajri
17 Khaerul Aidayatullah
18 M. Kadri
19 M. Muzanni
20 M. Raodi
21 Maemunah
22 Mahmud Yasin
23 Muhaemin
24 Muhimmah
25 Murtimah
26 Musaropah
27 Masirin
28 Novi Hardiyanti
29 Nur Halimah
30 Nurul Pajriati
31 Rahmatullah
32 Sa’aduddin
33 Saepullah
34 Samsul Hadi
35 Siti Maryani
36 Siti Zohrah
37 Toni Hidayat
38 Sumiati
39 Wahidah
40 Yuli Erniati
41 Abdul Hamid
Jumlah
Nilai rata-rata (R)=
3.6 Analisa Data
1. Peningkatan Prestasi belajar
a. Peningkatan setelah Siklus I
= R = Siklus I – R. Siklus I
b. Peningkatan setelah Siklus II
= R = Siklus II – R. Siklus I
c. Total = Jumlah setelah siklus I + Jumlah Siklus II
Rata-rata Tes Awal
2. Peningkatan Kinerja Guru
Setelah Siklus II = Siklus II – Siklus I
= X
X
= x 100%
Rata-rata Siklus I

3. Peningkatan kinerja siswa
Setelah Siklus II = Siklus II – Siklus I
= X
X
= x 100%
Rata-rata Siklus I

BAB IV
PEMBAHASA
4.1 Data Hasil Penelitian
Penelitian tindakan kelas yang mengambil setting di MTs NW Lenek 2 Kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok Timur.
Hasil Belajar Siswa Kelas VIII MTs NW Lenek 2 Siklus I dan II
No Nama Nilai
Awal Siklus I Siklus II
1 Abdul Hamid 25 85 100
2 Abdussalam 35 55 85
3 Agus Sofyan Anwar 45 70 90
4 Alpandi 25 85 100
5 Asmu’i 10 75 95
6 Baroah 50 50 75
7 Elni Indalika 45 70 100
8 Halimatussa’diyah 35 75 75
9 Hamiduddin 15 90 100
10 Hip Ziah 30 50 85
11 Humaedi 30 50 100
12 Huznul Hasmi 35 50 80
13 Hazaefah 15 75 100
14 Inderayatul Aini 25 75 95
15 Jam’uddin 35 60 100
16 Jannatul Hajri 10 75 95
17 Khaerul Aidayatullah 35 80 100
18 M. Kadri 5 80 100
19 M. Muzanni 15 75 100
20 M. Raodi 15 50 75
21 Maemunah 20 60 85
22 Mahmud Yasin 15 50 95
23 Muhaemin 25 75 100
24 Muhimmah 40 50 95
25 Murtimah 40 65 100
26 Musaropah 25 80 100
27 Masirin 35 55 100
28 Novi Hardiyanti 60 90 90
29 Nur Halimah 20 90 100
30 Nurul Pajriati 40 25 60
31 Rahmatullah 35 50 90
32 Sa’aduddin 20 70 95
33 Saepullah 20 90 100
34 Samsul Hadi 20 65 95
35 Siti Maryani 20 50 100
36 Siti Zohrah 30 50 90
37 Toni Hidayat 30 60 90
38 Sumiati 30 75 100
39 Wahidah 35 50 90
40 Yuli Erniati 30 85 100
41 Abdul Hamid 25 60 100
Jumlah 1150 2720 3925
Nilai rata-rata (R)= 28,04 66,34 95,73
4.1.1 Hasil Observasi
a. Hasil Kinerja Guru Siklus I dan Siklus II
HASIL OBSERVASI KINERJA GURU SIKLUS I DAN SIKLUS II
NO KEGIATAN NILAI
SIKLUS I SIKLUS II
1 2 3 1 2 3
Keterampilan membuka pelajaran
1.1 Menarik perhatian siswa
1.2 Menimbulkan motivasi siswa
1.3 Mengaitkan materi dengan masalah-masalah yang terjadi di masyarakat
Keterampilan melaksanakan pelajaran
2.1 Mengordinasikan siswa dalam kelas
2.2 Membimbing siswa memahami masalah dalam kelompoknya
2.3 Penilaian kata-kata penekanan yang tepat
2.4 Mengaktifkan siswa dalam keterlibatannya pada tugas kelompoknya.
2.5 Membuat kesimpulan penyelesaian masalah
2.6 Melakukan refleksi pada materi
Keterampilan menutup pelajaran
3.1 Mengevaluasi hasil belajar
PERLEKSI
Ada beberapa kekurangan dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru antara lain :
1. Kemampuan penguasaan kelas kurang baik
2. Guru belum mampu mengordinasi siswa ketika diskusi berlangsung
Ada beberapa kelebihan dalam peroses pembelajaran yang dilakukan oleh guru antara lain :
1. Peserta didik mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama
2. Peserta didik mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu
3. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan
4. Peserta didik mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas
Untuk perbaikan selanjutnya persiapan yang dilakukan oleh guru antara lainn :
2. Persiapan diri dan penguasaan materi perlu ditingkatkan
3. Mengarahkan para peserta didik untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
4. Berusaha menarik perhatian peserta didik agar lebih termotivasi dan konsentrasi dalam menerima pelajaran
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS PESERTA DIDIK
NO KEGIATAN NILAI
SIKLUS I SIKLUS II
1 2 3 1 2 3
1 Kegiatan Awal
1.1 Kesiapann belajar
1.2 Pembagian kelompok
1.3 Kedisiplinan pada kelompok
Kegiatan inti
2.1 Pembagian Tugas anggota kelompok
2.2 Kerjasama anggota kelompok
2.3 Keaktivan mencari data sesuai dengan tugas masing-masing anggota kelompok
2.4 Keaktivan memberikan pendapat pada diskusi kelompok
2.5 Kemampuan kelompok membuat hasil jawaban tepat waktu
Kegiatan akhir
3.3 Kemampuan mempersenta hasil jawaban
3.4 Keaktivan mendiskusikan kembali kesimpulan yang telah dipersentasikan secara klasikal
JUMLAH 14 25
PERLEKSI
Ada beberapa penyebab kurangnya aktivitas siswa antara lain :
1 Kurang konsentrasi pada pembelajaran yang diterima
2 Kurang mampu dan aktif dalam menjawab pertanyaan maupun bertanya
3 Kurang aktif menanggapi pertanyaan teman
4 Pemakaian bahasa yang kurang baik
5 Kurang disiplin ketika berintraksi sesama peserta didik
4.2. Analisis Data
Setelah proses pembelajaran dengan metode drill selama dua siklus, diperoleh peningkatan prestasi belajar peserta didik sebagai berikut :
1) Peningkatan prestasi belajar
Setelah pembelajaran siklus I
= R Siklus I – R tes awal
= 66,34 – 28,04
= 38,3
Skor
Persentasenya = X 100 %
R hasil tes awal
= x 100 %
= 28 %
Setelah pembelajaran siklus II
= R siklus II – R siklus I
= 84 – 64
= 20
Persentasenya = x 100%
= x 100%
= 31,25%
Total peningkatan hasil belajar peserta didik
= 28 % + 31,25 %
= 59,25 %
2) Peningkatan aktivitas guru
= Skor siklus II – skor siklus I
= 27 – 15
= 12
Persentasenya keterlaksanaan program dalam RPP
= x 100 %
= 80 %
3) Peningkatan aktivitas peserta didik
= Skor siklus II – skor siklus I
= 25 – 14
= 11
Persentasenya keterlaksanaan Program dalam RPP
= x 100 %
= 78,57 %

Jumat, 14 Januari 2011

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

Metode latihan keterampilan adalah suatu metode mengajar , dimana siswa diajak ke tempat latihan keterampilan untuk melihat bagaimana cara membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya dan sebagainya. Contoh latihan keterampilan membuat tas dari mute/pernik-pernik.
"Kelebihan metode latihan keterampilan sebagai berikut"
a. Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat.
b. Dapat untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya.
c. Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.
"Kekurangan metode latihan keterampilan sebagai berikut"
a. Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dari pengertian.
b. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
c. Kadang-kadang latihan tyang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan.
d. Dapat menimbulkan verbalisme.
Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik, maka perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar.

"Beberapa strategi metode belajar mengajar sebagai berikut"
1.METODE CERAMAH (Preaching Method)
Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Muhibbin Syah, (2000). Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan paham siswa.
Beberapa kelemahan metode ceramah adalah :
a. Membuat siswa pasif
b. Mengandung unsur paksaan kepada siswa
c. Mengandung daya kritis siswa ( Daradjat, 1985)
d. Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya.
e. Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik.
f. Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
g. Bila terlalu lama membosankan.(Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
Beberapa kelebihan metode ceramah adalah :
a. Guru mudah menguasai kelas.
b. Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar
c. Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.
d. Mudah dilaksanakan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

2. METODE DISKUSI( Discussion method )
Muhibbin Syah ( 2000 ), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama ( socialized recitation ).
"Metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk"
a. Mendorong siswa berpikir kritis.
b. Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.
c. Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memcahkan masalah bersama.
d. Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdsarkan pertimbangan yang seksama.
Kelebihan metode diskusi sebagai berikut :
a. Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan
b. Menyadarkan ank didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.
c. Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi. (Syaiful Bahri Djamarah, 2000
Kelemahan metode diskusi sebagai berikut :
a. tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.
b. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
c. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
d. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

3. METODE DEMONSTRASI ( Demonstration method )
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Muhibbin Syah ( 2000).
Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Syaiful Bahri Djamarah, ( 2000).
Manfaat psikologis pedagogis dari metode demonstrasi adalah :
a. Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan .
b. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
c. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa (Daradjat, 1985)
Kelebihan metode demonstrasi sebagai berikut :
a. Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atu kerja suatu benda.
b. Memudahkan berbagai jenis penjelasan .
c. Kesalahan-kesalahan yeng terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melaui pengamatan dan contoh konkret, drngan menghadirkan obyek sebenarnya (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).
Kelemahan metode demonstrasi sebagai berikut :
a. Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan.
b. Tidak semua benda dapat didemonstrasikan
c. Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).

4. METODE CERAMAH PLUS
Metode ceramah plus adalah metode mengajar yang menggunakan lebih dari satu metode, yakni metode ceramah gabung dengan metode lainnya.Dalam hal ini penulis akan menguraikan tiga macam metode ceramah plus yaitu :
A. Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas (CPTT).
Metode ini adalah metode mengajar gabungan antara ceramah dengan tanya jawab dan pemberian tugas.
Metode campuran ini idealnya dilakukan secar tertib, yaitu :
1). Penyampaian materi oleh guru.
2). Pemberian peluang bertanya jawab antara guru dan siswa.
3). Pemberian tugas kepada siswa.

B.Metode ceramah plus diskusi dan tugas (CPDT)
Metode ini dilakukan secara tertib sesuai dengan urutan pengkombinasiannya, yaitu pertama guru menguraikan materi pelajaran, kemudian mengadakan diskusi, dan akhirnya memberi tugas.
C. Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)
Metode ini dalah merupakan kombinasi antara kegiatan menguraikan materi pelajaran dengan kegiatan memperagakan dan latihan (drill)

5. METODE RESITASI ( Recitation method )
Metode resitasi adalah suatu metode mengajar dimana siswa diharuskan membuat resume dengan kalimat sendiri (http://re-searchengines.com/art05-65.html).
Kelebihan metode resitasi sebagai berikut :
a. Pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama.
b. Anak didik berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
Kelemahan metode resitasi sebagai berikut :
a. Terkadang anak didik melakukan penipuan dimana anak didik hanya meniru hasil pekerjaan temennya tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri.
b. Terkadang tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.
c. Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

6. METODE PERCOBAAN ( Experimental method )
Metode percobaan adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Syaiful Bahri Djamarah, (2000)
Metode percobaan adalah suatu metode mengajar yang menggunakan tertentu dan dilakukan lebih dari satu kali. Misalnya di Laboratorium.
Kelebihan metode percobaan sebagai berikut :
a. Mtode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku.
b. Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi.
c. Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.
Kekurangan metode percobaan sebagai berikut :
a. Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan mengadakan ekperimen.
b. Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk melanjutkan pelajaran.
c. Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.
Menurut Roestiyah (2001:80) Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.
Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah. Dengan eksperimn siswa menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya.
Agar penggunaan metode eksperimen itu efisien dan efektif, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : (a) Dalam eksperimen setiap siswa harus mengadakan percobaan, maka jumlah alat dan bahan atau materi percobaan harus cukup bagi tiap siswa. (b) Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang meyakinkan, atau mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka kondisi alat dan mutu bahan percobaan yang digunakan harus baik dan bersih. (c) dalam eksperimen siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam mengamati proses percobaan , maka perlu adanya waktu yang cukup lama, sehingga mereka menemukan pembuktian kebenaran dari teori yang dipelajari itu. (d) Siswa dalam eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih , maka perlu diberi petunjuk yang jelas, sebab mereka disamping memperoleh pengetahuan, pengalaman serta ketrampilan, juga kematangan jiwa dan sikap perlu diperhitungkan oleh guru dalam memilih obyek eksperimen itu. (e) Tidak semua masalah bisa dieksperimenkan, seperti masalah mengenai kejiwaan, beberapa segi kehidupan social dan keyakinan manusia. Kemungkinan lain karena sangat terbatasnya suatu alat, sehingga masalah itu tidak bias diadakan percobaan karena alatnya belum ada.
Prosedur eksperimen menurut Roestiyah (2001:81) adalah : (a) Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksprimen,mereka harus memahami masalah yang akan dibuktikan melalui eksprimen. (b) memberi penjelasan kepada siswa tentang alat-alat serta bahan-bahan yang akan dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal yang harus dikontrol dengan ketat, urutan eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat. (c) Selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan siswa. Bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan jalannya eksperimen. (d) Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian siswa, mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau tanya jawab.
Metode eksperimen menurut Djamarah (2002:95) adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar, dengan metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri , mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan dari proses yang dialaminya itu.
Metode eksperimen mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut :
Kelebihan metode eksperimen : (a) Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya. (b) dalam membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. (c) Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia.
Kekurangan metode eksperimen :
(a) Metode ini lebih sesuai untuk bidang-bidang sains dan teknologi. (b) metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan kadangkala mahal. (c) Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan. (d) Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada factor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan atau pengendalian.
Menurut Schoenherr (1996) yang dikutip oleh Palendeng (2003:81) metode eksperimen adalah metode yang sesuai untuk pembelajaran sains, karena metode eksprimen mampu memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir dan kreativitas secara optimal. Siswa diberi kesempatan untuk menyusun sendiri konsep-konsep dalam struktur kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupannya.
Dalam metode eksperimen, guru dapat mengembangkan keterlibatan fisik dan mental, serta emosional siswa. Siswa mendapat kesempatan untuk melatih ketrampilan proses agar memperoleh hasil belajar yang maksimal. Pengalaman yang dialami secara langsung dapat tertanam dalam ingatannya. Keterlibatan fisik dan mental serta emosional siswa diharapkan dapat diperkenalkan pada suatu cara atau kondisi pembelajaran yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan juga perilaku yang inovatif dan kreatif.
Pembelajaran dengan metode eksperimen melatih dan mengajar siswa untuk belajar konsep fisika sama halnya dengan seorang ilmuwan fisika. Siswa belajar secara aktif dengan mengikuti tahap-tahap pembelajarannya. Dengan demikian, siswa akan menemukan sendiri konsep sesuai dengan hasil yang diperoleh selama pembelajaran.
Pembelajaran dengan metode eksperimen menurut Palendeng (2003:82) meliputi tahap-tahap sebagai berikut : (1) percobaan awal, pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi fisika yang akan dipelajari. (2) pengamatan, merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan. Siswa diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa tersebut. (3) hipoteis awal, siswa dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan hasil pengamatannya. (4) verifikasi , kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa diharapkan merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan, selanjutnya dapat dilaporkan hasilnya. (5) aplikasi konsep , setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep, hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan pemantapan konsep yang telah dipelajari. (6) evaluasi, merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep.
Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu siswa untuk memahami konsep. Pemahaman konsep dapat diketahui apabila siswa mampu mengutarakan secara lisan, tulisan, , maupun aplikasi dalam kehidupannya. Dengan kata lain , siswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh, dan menerapkan konsep terkait dengan pokok bahasan .
Metode Eksperimen menurut Al-farisi (2005:2) adalah metode yang bertitik tolak dari suatu masalah yang hendak dipecahkan dan dalam prosedur kerjanya berpegang pada prinsip metode ilmiah.

7. METODE KARYA WISATA
Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar yang dirancang terlebih dahulu oleh pendidik dan diharapkan siswa membuat laporan dan didiskusikan bersama dengan peserta didik yang lain serta didampingi oleh pendidik, yang kemudian dibukukan.
Kelebihan metode karyawisata sebagai berikut :
a. Karyawisata menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran.
b. Membuat bahan yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada di masyarakat.
c. Pengajaran dapat lebih merangsang kreativitas anak.
Kekurangan metode karyawisata sebagai berikut :
a. Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak.
b. Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang.
c. Dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan utama, sedangkan unsur studinya terabaikan.
d. Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik anak didik di lapangan.
e. Biayanya cukup mahal.
f. Memerlukan tanggung jawab guru dan sekolah atas kelancaran karyawisata dan keselamatan anak didik, terutama karyawisata jangka panjang dan jauh.
Kadang-kadang dalam proses belajar mengajar siswa perlu diajak ke luar sekolah, untuk meninjautempat tertentu atau obyek yang lain. Menurut Roestiyah (2001:85) , karya wisata bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya. Karena itu dikatakan teknik karya wisata, ialah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu, suatu bengkel mobil, toko serba ada, dan sebagainya.
Menurut Roestiyah (2001:85) ,teknik karya wisata ini digunakan karena memiliki tujuan sebagai berikut: Dengan melaksanakan karya wisata diharapkan siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dari obyek yang dilihatnya, dapat turut menghayati tugas pekerjaan milik seseorang serta dapat bertanya jawab mungkin dengan jalan demikian mereka mampu memecahkan persoalan yang dihadapinya dalam pelajaran, ataupun pengetahuan umum. Juga mereka bisa melihat, mendengar, meneliti dan mencoba apa yang dihadapinya, agar nantinya dapat mengambil kesimpulan, dan sekaligus dalam waktu yang sama ia bisa mempelajari beberapa mata pelajaran.
Agar penggunaan teknik karya wisata dapat efektif, maka pelaksanaannya perlu memeperhatikan langkah-langkah sebagai berikut: (a) Persiapan, dimana guru perlu menetapkan tujuan pembelajaran dengan jelas, mempertimbangkan pemilihan teknik, menghubungi pemimpin obyek yang akan dikunjungi untuk merundingkan segala sesuatunya, penyusunan rencana yang masak, membagi tugas-tugas, mempersiapkan sarana, pembagian siswa dalam kelompok, serta mengirim utusan, (b) Pelaksanaan karya wisata, dimana pemimpin rombongan mengatur segalanya dibantu petugas-petugas lainnya, memenuhi tata tertib yang telah ditentukan bersama, mengawasi petugas-petugas pada setiap seksi, demikian pula tugas-tugas kelompok sesuai dengan tanggungjawabnya, serta memberi petunjuk bila perlu, (c) Akhir karya wisata, pada waktu itu siswa mengadakan diskusi mengenai segala hal hasil karya wisata, menyusun laporan atau paper yang memuat kesimpulan yang diperoleh, menindaklanjuti hasil kegiatan karya wisata seperti membuat grafik, gambar, model-model, diagram, serta alat-alat lain dan sebagainya.
Karena itulah teknik karya wisata dapat disimpulkan memiliki keunggulan sebagai berikut: (a) Siswa dapat berpartisispasi dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh para petugas pada obyek karya wisata itu, serta mengalami dan menghayati langsung apa pekerjaan mereka. Hal mana tidak mungkin diperoleh disekolah, sehingga kesempatan tersebut dapat mengembangkan bakat khusus atau ketrampilan mereka, (b) Siswa dapat melihat berbagai kegiatan para petugas secara individu maupun secara kelompok dan dihayati secara langsung yang akan memperdalam dan memperluas pengalaman mereka, (c) dalam kesempatan ini siswa dapat bertanya jawab, menemukan sumber informasi yang pertama untuk memecahkan segala persoalan yang dihadapi, sehingga mungkin mereka menemukan bukti kebenaran teorinya, atau mencobakan teorinya ke dalam praktek, (d) Dengan obyek yang ditinjau itu siswa dapat memperoleh bermacam-macam pengetahuan dan pengalaman yang terintegrasi, yang tidak terpisah-pisah dan terpadu.
Penggunaan teknik karya wisata ini masih juga ada keterbatasan yang perlu diperhatikan atau diatasi agar pelaksanaan teknik ini dapat berhasil guna dan berdaya guna, ialah sebagai berikut: Karya wisata biasanya dilakukan di luar sekolah, sehingga mungkin jarak tempat itu sangat jauh di luar sekolah, maka perlu mempergunakan transportasi, dan hal itu pasti memerlukan biaya yang besar. Juga pasti menggunakan waktu yang lebih panjang daripada jam sekolah, maka jangan sampai mengganggu kelancaran rencana pelajaran yang lain. Biaya yang tinggi kadang-kadang tidak terjangkau oleh siswa maka perlu bantuan dari sekolah. Bila tempatnya jauh, maka guru perlu memikirkan segi keamanan, kemampuan pihak siswa untuk menempuh jarak tersebut, perlu dijelaskan adanya aturan yang berlaku khusus di proyek ataupun hal-hal yang berbahaya.
Suhardjono (2004:85) mengungkapkan bahwa metode karya wisata (field-trip) memiliki keuntungan: (a) Memberikan informasi teknis, kepada peserta secara langsung, (b) Memberikan kesempatan untuk melihat kegiatan dan praktik dalam kenyataan atau pelaksanaan yang sebenarnya, (c) Memberikan kesempatan untuk lebih menghayati apa yang dipelajari sehingga lebih berhasil, (d) membei kesempatan kepada peserta untuk melihat dimana peserta ditunjukkan kepada perkembangan teknologi mutakhir.
Sedangkan kekurangan metode Field Trip menurut Suhardjono (2004:85) adalah: (a) Memakan waktu bila lokasi yang dikunjungi jauh dari pusat latihan, (b) Kadang-kadang sulit untuk mendapat ijin dari pimpinan kerja atau kantor yang akan dikunjungi, (c) Biaya transportasi dan akomodasi mahal.
Menurut Djamarah (2002:105), pada saat belajar mengajar siswa perlu diajak ke luar sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau obyek yang lain. Hal itu bukan sekedar rekreasi tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya. Karena itu, dikatakan teknik karya wisata, yang merupakan cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pegadaian. Banyak istilah yang dipergunakan pada metode karya wisata ini, seperti widya wisata, study tour, dan sebagainya. Karya wisata ada yang dalam waktu singkat, dan ada pula yang dalam waktu beberapa hari atau waktu panjang.
Metode karya wisata mempunyai beberapa kelebihan yaitu: (a) Karya wisata memiliki prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran, (b) Membuat apa yang dipelajari di sekolah lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan di masyarakat, (c) Pengajaran serupa ini dapat lebih merangsang kreativitas siswa, (d) Informasi sebagai bahan pelajaran lebih luas dan aktual.
Kekurangan metode karya wisata adalah: (a) Fasilitas yang diperlukan dan biaya yang diperlukan sulit untuk disediakan oleh siswa atau sekolah, (b) Sangat memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang, (c) memerlukan koordinasi dengan guru-guru bidang studi lain agar tidak terjadi tumpang tindih waktu dan kegiatan selama karya wisata, (d) dalam karya wisata sering unsure rekreasi menjadi lebih prioritas daripada tujuan utama, sedang unsure studinya menjadi terabaikan, (e) Sulit mengatur siswa yang banyak dalam perjalanan dan mengarahkan mereka kepada kegiatan studi yang menjadi permasalahan.
Metode field trip atau karya wisata menurut Mulyasa (2005:112) merupakan suatu perjalanan atau pesiar yang dilakukan oleh peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar, terutama pengalaman langsung dan merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah. Meskipun karya wisata memiliki banyak hal yang bersifat non akademis, tujuan umum pendidikan dapat segera dicapai, terutama berkaitan dengan pengembangan wawasan pengalaman tentang dunia luar.
Sebelum karya wisata digunakan dan dikembangkan sebagai metode pembelajaran, hal-hal yang perlu diperhatikan menurut Mulyasa (2005:112) adalah: (a) Menentukan sumber-sumber masyarakat sebagai sumber belajar mengajar, (b) Mengamati kesesuaian sumber belajar dengan tujuan dan program sekolah, (c) Menganalisis sumber belajar berdasarkan nilai-nilai paedagogis, (d) Menghubungkan sumber belajar dengan kurikulum, apakah sumber-sumber belajar dalam karyawisata menunjang dan sesuai dengan tuntutan kurikulum, jika ya, karya wisata dapat dilaksanakan, (e) membuat dan mengembangkan program karya wisata secara logis, dan sistematis, (f) Melaksanakan karya wisata sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran, materi pelajaran, efek pembelajaran, serta iklim yang kondusif. (g) Menganalisis apakah tujuan karya wisata telah tercapai atau tidak, apakah terdapat kesulitan-kesulitan perjalanan atau kunjungan, memberikan surat ucapan terima kasih kepada mereka yang telah membantu, membuat laporan karyawisata dan catatan untuk bahan karya wisata yang akan datang
8. METODE LATIHAN KETERAMPILAN ( Drill method )
Metode latihan keterampilan adalah suatu metode mengajar , dimana siswa diajak ke tempat latihan keterampilan untuk melihat bagaimana cara membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya dan sebagainya. Contoh latihan keterampilan membuat tas dari mute/pernik-pernik.
Kelebihan metode latihan keterampilan sebagai berikut :
a. Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat.
b. Dapat untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya.
c. Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.
Kekurangan metode latihan keterampilan sebagai berikut :
a. Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dari pengertian.
b. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
c. Kadang-kadang latihan tyang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan.
d. Dapat menimbulkan verbalisme.

9. METODE MENGAJAR BEREGU ( Team teaching method )
Metode mengajar beregu adalah suatu metode mengajar dimana pendidiknya lebih dari satu orang yang masing-masing mempunyai tugas. Biasanya salah seorang pendidik ditunjuk sebagai kordinator. Cara pengujiannya, setiap pendidik membuat soal, kemudian digabung. Jika ujian lisan maka setiap siswa yang diuji harus langsung berhadapan dengan team pendidik tersebut.

10. METODE MENGAJAR SESAMA TEMAN( Peer teaching method )
Metode mengajar sesama teman adalah suatu metode mengajar yang dibantu oleh temannya sendiri

11. METODE PEMECAHAN MASALAH ( Problem solving method )
Metode ini adalah suatu metode mengajar yang mana siswanya diberi soal-soal, lalu diminta pemecahannya

12. METODE PRANCANGAN( projeck method )
yaitu suatu metode mengajar dimana pendidik harus merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian.\
Kelebihan metode perancangan sebagai berikut :
a. Dapat merombak pola pikir anak didik dari yang sempit menjadi lebih luas dan menyuluruh dalam memandang dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan.
b. Melalui metode ini, anak didik dibina dengan membiasakan menerapkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan terpadu, yang diharapkan praktis dan berguna dalam kehidupan sehari-hari.
Kekurangan metode perancangan sebagai berikut :
a. Kurikulum yang berlaku di negara kita saat ini, baik secara vertikal maupun horizontal, belum menunjang pelaksanaan metode ini.
b. Organisasi bahan pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan metode ini sukar dan memerlukan keahlian khusus dari guru, sedangkan para guru belum disiapkan untuk ini.
c. Harus dapat memilih topik unit yang tepat sesuai kebutuhan anak didik, cukup fasilitas, dan memiliki sumber-sumber belajar yang diperlukan.
d. Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok unit yang dibahas.

13. Metode Bagian ( Teileren method )
yaitu suatu metode mengajar dengan menggunakan sebagian-sebagian, misalnya ayat per ayat kemudian disambung lagi dengan ayat lainnya yang tentu saja berkaitan dengan masalahnya.

14. Metode Global (Ganze method )
yaitu suatu metode mengajar dimana siswa disuruh membaca keseluruhan materi, kemudian siswa meresume apa yang dapat mereka serap atau ambil intisari dari materi tersebut.

15. METODE DISCOVERY
Salah satu metode mengajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah yang sudah maju adalah metode discovery, hal itu disebabkan karena metode discovery ini: (a) Merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif, (b) Dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa, (c) Pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain, (d) Dengan menggunakan strategi penemuan, anak belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkannya sendiri, (e) dengan metode penemuan ini juga, anak belajar berfikir analisis dan mencoba memecahkan probela yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat.
Dengan demikian diharapkan metode discovery ini lebih dikenal dan digunakan di dalam berbagai kesempatan proses belajar mengajar yang memungkinkan.
Metode Discovery menurut Suryosubroto (2002:192) diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain, sebelum sampai kepada generalisasi.
Metode Discovery merupakan komponen dari praktek pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, beroreientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif. Menurut Encyclopedia of Educational Research, penemuan merupakan suatu strategi yang unik dapat diberi bentuk oleh guru dalam berbagai cara, termasuk mengajarkan ketrampilan menyelidiki dan memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan pendidikannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode discovery adalah suatu metode dimana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang secara tradisional biasa diberitahukan atau diceramahkan saja.
Suryosubroto (2002:193) mengutip pendapat Sund (1975) bahwa discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya.
Langkah-langkah pelaksanaan metode penemuan menurut Suryosubroto (2002:197) yang mengutip pendapat Gilstrap (1975) adalah: (a) Menilai kebutuhan dan minat siswa, dan menggunakannya sebagai dasar untuk menentukan tujuan yang berguna dan realities untuk mengajar dengan penemuan, (b) Seleksi pendahuluan atas dasar kebutuhan dan minat siswa, prinsip-prinsip, generalisasi, pengertian dalam hubungannya dengan apa yang akan dipelajarai, (c) Mengatur susunan kelas sedemikian rupa sehingga memudahkan terlibatnya arus bebas pikiran siswa dalam belajar dengan penemuan, (d) Berkomunikasi dengan siswa akan membantu menjelaskan peranan penemuan, (e) menyiapkan suatu situasi yang mengandung masalah yang minta dipecahkan, (f) Mengecek pengertian siswa tentang maslah yang digunakan untuk merangsang belajar dengan penemuan, (g) Menambah berbagai alat peraga untuk kepentingan pelaksanaan penemuan, (h) memberi kesempatan kepada siswa untuk bergiat mengumpulkan dan bekerja dengan data, misalnya tiap siswa mempunyai data harga bahan-bahan pokok dan jumlah orang yang membutuhkan bahan-bahan pokok tersebut, (i) Mempersilahkan siswa mengumpulkan dan mengatur data sesuai dengan kecepatannya sendiri, sehingga memperoleh tilikan umum, (j) Memberi kesempatan kepada siswa melanjutkan pengalaman belajarnya, walaupun sebagian atas tanggung jawabnya sendiri, (k) memberi jawaban dengan cepat dan tepat sesuai dengan data dan informasi bila ditanya dan diperlukan siswa dalam kelangsungan kegiatannya, (l) Memimpin analisisnya sendiri melalui percakapan dan eksplorasinya sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses, (m) Mengajarkan ketrampilan untuk belajar dengan penemuan yang diidentifikasi oleh kebutuhan siswa, misalnya latihan penyelidikan, (n) Merangsang interaksi siswa dengan siswa, misalnya merundingkan strategi penemuan, mendiskusikan hipotesis dan data yang terkumpul, (o) Mengajukan pertanyaan tingkat tinggi maupun pertanyaan tingkat yang sederhana, (p) Bersikap membantu jawaban siswa, ide siswa, pandanganan dan tafsiran yang berbeda. Bukan menilai secara kritis tetapi membantu menarik kesimpulan yang benar, (q) Membesarkan siswa untuk memperkuat pernyataannya dengan alas an dan fakta, (r) Memuji siswa yang sedang bergiat dalam proses penemuan, misalnya seorang siswa yang bertanya kepada temannya atau guru tentang berbagai tingkat kesukaran dan siswa siswa yang mengidentifikasi hasil dari penyelidikannya sendiri, (s) membantu siswa menulis atau merumuskan prinsip, aturan ide, generalisasi atau pengertian yang menjadi pusat dari masalah semula dan yang telah ditemukan melalui strategi penemuan, (t) Mengecek apakah siswa menggunakan apa yang telah ditemukannya, misalnya teori atau teknik, dalam situasi berikutnya, yaitu situasi dimana siswa bebas menentukan pendekatannya.
Sedangkan langkah-langkah menurut Richard Scuhman yang dikutip oleh Suryosubroto (2002:199) adalah : (a) identifikasi kebutuhan siswa, (b) Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian, konsep dan generalisasi yang akan dipelajari, (c) Seleksi bahan, dan problema serta tugas-tugas, (d) Membantu memperjelas problema yang akan dipelajari dan peranan masing-masing siswa, (e) Mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang diperlukan, (f) Mencek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan dan tugas-tugas siswa, (g) Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan, (h) Membantu siswa dengan informasi, data, jika diperlukan oleh siswa, (i) memimpin analisis sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses, (j) Merangsang terjadinya interaksi antar siswa dengan siswa, (k) memuji dan membesarkan siswa yang bergiat dalam proses penemuan, (l) Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil penemuannya.
Mtode discovery memiliki kebaikan-kebaikan seperti diungkapkan oleh Suryosubroto (2002:200) yaitu: (a) Dianggap membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan ketrampilan dan proses kognitif siswa, andaikata siswa itu dilibatkan terus dalam penemuan terpimpin. Kekuatan dari proses penemuan datang dari usaha untuk menemukan, jadi seseorang belajar bagaimana belajar itu, (b) Pengetahuan diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya dan mungkin merupakan suatu pengetahuan yang sangat kukuh, dalam arti pendalaman dari pengertian retensi dan transfer, (c) Strategi penemuan membangkitkan gairah pada siswa, misalnya siswa merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan, (d) metode ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri, (e) metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya sehingga ia lebih merasa terlibat dan bermotivasi sendiri untuk belajar, paling sedikit pada suatu proyek penemuan khusus, (f) Metode discovery dapat membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan. Dapat memungkinkan siswa sanggup mengatasi kondisi yang mengecewakan, (g) Strategi ini berpusat pada anak, misalnya memberi kesempatan pada siswa dan guru berpartisispasi sebagai sesame dalam situasi penemuan yang jawaban nya belum diketahui sebelumnya, (h) Membantu perkembangan siswa menuju skeptisssisme yang sehat untuk menemukan kebenaran akhir dan mutlak.
Kelemahan metode discovery Suryosubroto (2002:2001) adalah: (a) Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini. Misalnya siswa yang lamban mungkin bingung dalam usanya mengembangkan pikirannya jika berhadapan dengan hal-hal yang abstrak, atau menemukan saling ketergantungan antara pengertian dalam suatu subyek, atau dalam usahanya menyusun suatu hasil penemuan dalam bentuk tertulis. Siswa yang lebih pandai mungkin akan memonopoli penemuan dan akan menimbulkan frustasi pada siswa yang lain, (b) Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar. Misalnya sebagian besar waktu dapat hilang karena membantu seorang siswa menemukan teori-teori, atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu. (c) Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan guru dan siswa yang sudahy biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional, (d) Mengajar dengan penemuan mungkin akan dipandang sebagai terlalu mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan ketrampilan. Sedangkan sikap dan ketrampilan diperlukan untuk memperoleh pengertian atau sebagai perkembangan emosional sosial secara keseluruhan, (e) dalam beberapa ilmu, fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide, mungkin tidak ada, (f) Strategi ini mungkin tidak akan memberi kesempatan untuk berpikir kreatif, kalau pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu oleh guru, demikian pula proses-proses di bawah pembinaannya. Tidak semua pemecahan masalah menjamin penemuan yang penuh arti.
Metode Discovery menurut Rohani (2004:39) adalah metode yang berangkat dari suatu pandangan bahwa peserta didik sebagai subyek di samping sebagai obyek pembelajaran. Mereka memiliki kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki.
Proses pembelajaran harus dipandang sebagai suatu stimulus atau rangsangan yang dapat menantang peserta didik untuk merasa terlibat atau berpartisipasi dalam aktivitas pembelajaran. Peranan guru hanyalah sebagai fasilitator dan pembimbing atau pemimpin pengajaran yang demokratis, sehingga diharapkan peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan masalah atas bimbingan guru.
Ada lima tahap yang harus ditempuh dalam metode discovery menurut Rohani(2004:39) yaitu: (a) Perumusan masalah untuk dipecahkan peserta didik, (b) Penetapan jawaban sementara atau pengajuan hipotesis, (c) Peserta didik mencari informasi , data, fakta, yang diperlukan untuk menjawab atau memecahkan masalah dan menguji hipotesis, (d) Menarik kesimpulan dari jawaban atau generalisasi, (e) Aplikasi kesimpulan atau generalisasidalam situasi baru.
Metode Discovery menurut Roestiyah (2001:20) adalah metode mengajar mempergunakan teknik penemuan. Metode discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi.
Pada metode discovery, situasi belajar mengajar berpindah dari situasi teacher dominated learning menjadi situasi student dominated learning. Dengan pembelajaran menggunakan metode discovery, maka cara mengajar melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri.
Penggunaan metode discovery ini guru berusaha untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Sehingga metode discovery menurut Roestiyah (2001:20) memiliki keunggulan sebagai berikut: (a) Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta panguasaan ketrampilan dalam proses kognitif/ pengenalan siswa, (b) Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi / individual sehingga dapat kokoh atau mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut, (c) Dapat meningkatkan kegairahan belajar para siswa.
Metode discovery menurut Mulyasa (2005:110) merupakan metode yang lebih menekankan pada pengalaman langsung. Pembelajaran dengan metode penemuan lebih mengutamakan proses daripada hasil belajar.
Cara mengajar dengan metode discovery menurut Mulyasa (2005:110) menempuh langkah-langkah sebagai berikut: (a) Adanya masalah yang akan dipecahkan, (b) Sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif peserta didik, (c) Konsep atau prinsip yang harus ditemukan oleh peserta didik melalui kegiatan tersebut perlu dikemukakan dan ditulis secara jelas, (d) harus tersedia alat dan bahan yang diperlukan, (e) Sususnan kelas diatur sedemian rupa sehingga memudahkan terlibatnya arus bebas pikiran peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar, (f) Guru harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengumpulkan data, (g) Guru harus memberikan jawaban dengan tepat dengan data serta informasi yang diperlukan peserta didik.

14. METODE INGQUIRI
Metode inquiry adalah metode yang mampu menggiring peserta didik untuk menyadari apa yang telah didapatkan selama belajar. Inquiry menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar yang aktif (Mulyasa , 2003:234).
Kendatipun metode ini berpusat pada kegiatan peserta didik, namun guru tetap memegang peranan penting sebagai pembuat desain pengalaman belajar. Guru berkewajiban menggiring peserta didik untuk melakukan kegiatan. Kadang kala guru perlu memberikan penjelasan, melontarkan pertanyaan, memberikan komentar, dan saran kepada peserta didik. Guru berkewajiban memberikan kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang kondusif, dengan menggunakan fasilitas media dan materi pembelajaran yang bervariasi.
Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami. Karena itu inquiry menuntut peserta didik berfikir. Metode ini melibatkan mereka dalam kegiatan intelektual. Metode ini menuntut peserta didik memproses pengalaman belajar menjadi suatu yang bermakna dalam kehidupan nyata. Dengan demikian , melalui metode ini peserta didik dibiasakan untuk produktif, analitis , dan kritis.
Langkah-langkah dalam proses inquiry adalah menyadarkan keingintahuan terhadap sesuatu, mempradugakan suatu jawaban, serta menarik kesimpulan dan membuat keputusan yang valid untuk menjawab permasalahan yang didukung oleh bukti-bukti. Berikutnya adalah menggunakan kesimpulan untuk menganalisis data yang baru (Mulyasa, 2005:235).
Strategi pelaksanaan inquiry adalah: (1) Guru memberikan penjelasan, instruksi atau pertanyaan terhadap materi yang akan diajarkan. (2) Memberikan tugas kepada peserta didik untuk menjawab pertanyaan, yang jawabannya bisa didapatkan pada proses pembelajaran yang dialami siswa. (3) Guru memberikan penjelasan terhadap persoalan-persoalan yang mungkin membingungkan peserta didik. (4) Resitasi untuk menanamkan fakta-fakta yang telah dipelajari sebelumnya. (5) Siswa merangkum dalam bentuk rumusan sebagai kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan (Mulyasa, 2005:236).
Metode inquiry menurut Roestiyah (2001:75) merupakan suatu teknik atau cara yang dipergunakan guru untuk mengajar di depan kelas, dimana guru membagi tugas meneliti suatu masalah ke kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan, kemudian mereka mempelajari, meneliti, atau membahas tugasnya di dalam kelompok. Setelah hasil kerja mereka di dalam kelompok didiskusikan, kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan baik. Akhirnya hasil laporan dilaporkan ke sidang pleno, dan terjadilah diskusi secara luas. Dari sidang pleno kesimpulan akan dirumuskan sebagai kelanjutan hasil kerja kelompok. Dan kesimpulan yang terakhir bila masih ada tindak lanjut yang harus dilaksanakan, hal itu perlu diperhatikan.
Guru menggunakan teknik bila mempunyai tujuan agar siswa terangsang oleh tugas, dan aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah itu. Mencari sumber sendiri, dan mereka belajar bersama dalam kelompoknya. Diharapkan siswa juga mampu mengemukakan pendapatnya dan merumuskan kesimpulan nantinya. Juga mereka diharapkan dapat berdebat, menyanggah dan mempertahankan pendapatnya. Inquiry mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, seperti merumuskan masalah, merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisa data, menarik kesimpulan. Pada metode inquiry dapat ditumbuhkan sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, dan sebagainya. Akhirnya dapat mencapai kesimpulan yang disetujui bersama. Bila siswa melakukan semua kegiatan di atas berarti siswa sedang melakukan inquiry.
Teknik inquiry ini memiliki keunggulan yaitu : (a) Dapat membentuk dan mengembangkan konsep dasar kepada siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar ide-ide dengan lebih baik. (b) Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru. (c) mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersifat jujur, obyektif, dan terbuka. (d) Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesanya sendiri. (e) Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik. (f) Situasi pembelajaran lebih menggairahkan. (g) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. (h) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri. (i) Menghindarkan diri dari cara belajar tradisional. (j) Dapat memberikan waktu kepada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
Metode inquiry menurut Suryosubroto (2002:192) adalah perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Artinya proses inqury mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan problema, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisa data, menarik kesimpulan, dan sebagainya.